Indonesia – Ikatan Desainer Indonesia Fashion Chamber (IFC) mendukung penuh kebijakan pelarangan penjualan pakaian bekas impor alias barang bekas yang disampaikan Presiden Jokowi dan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki.
Dukungan ini diberikan, karena tren hemat yang kini mulai berkembang di Indonesia, bahkan meresahkan dan berisiko membunuh merek fesyen dalam negeri karya desainer Indonesia.
“Industri fesyen Indonesia sangat perlu memperhatikan dampak dari barang bekas impor ilegal,” ujar National Head of Indonesian Fashion Chamber (IFC) Ali Charisma dalam keterangan yang diterima suara.com, Selasa (21/3/2019). 2023). .
Selanjutnya, Ali Charisma juga memaparkan 5 bahaya baju bekas yang mengancam masa depan industri fashion Indonesia yang perlu diwaspadai.
1. Penjualan Pakaian Dalam Negeri Menurun
Akibatnya, masuknya pakaian bekas impor dapat menurunkan penjualan pakaian produksi lokal karena harga yang tidak kompetitif. Dengan menurunnya permintaan terhadap produk lokal menyebabkan penurunan produksi produk lokal termasuk pengurangan tenaga kerja di dalamnya.
“Kenya, salah satu negara yang mengalami hal tersebut. Impor ilegal pakaian bekas yang masuk ke sana secara besar-besaran mengakibatkan berkurangnya jumlah tenaga kerja di industri tekstil. Beberapa dekade lalu, industri tekstil di Kenya mempekerjakan lebih dari 500.000 orang, hari ini jumlahnya kurang dari 20.000,” jelas Ali Charisma.
2. Merusak Lingkungan
Pakaian bekas impor biasanya berasal dari negara maju yang didominasi oleh industri fast fashion. Tren mode yang berubah dengan cepat berarti bahwa pakaian sering kali dibuang setelah hanya dipakai beberapa kali.
Limbah fesyen ini diimpor secara ilegal oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
![Calon pembeli memilih baju bekas impor di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (7/3/2023). [Indonesia/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/03/07/20260-thrifting-barang-impor-bekas.jpg)
“Seperti yang terjadi di Chili. Sebanyak 59.000 ton limbah tekstil didatangkan dari seluruh dunia ke negara itu yang akhirnya menumpuk di gunung di Atacama,”
“Impor pakaian bekas secara ilegal ke Indonesia tidak hanya memperburuk siklus konsumsi produk fesyen, tetapi juga menambah masalah sampah di negeri ini,” lanjut Ali Karisma.
3. Penghancuran Identitas Budaya Indonesia
Fashion adalah aspek utama dari ekspresi budaya. Ketika pakaian import murah membanjiri pasar, maka dapat mempengaruhi identitas budaya Indonesia dan mempengaruhi keunikan produk fashion Indonesia.
“Hal ini dapat merugikan industri fashion dalam jangka panjang, karena dapat mempersulit desainer Indonesia untuk membangun brand identity yang unik,” pungkas Ali Charisma.
Sekedar informasi, meski sempat ramai dibicarakan, larangan impor pakaian bekas di Indonesia telah tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51 Tahun 2015 tentang larangan impor pakaian bekas.
Kemudian pelarangan tersebut kembali dikukuhkan melalui Keputusan Menteri Nomor 40 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Larangan Ekspor dan Barang Larangan Impor.
Padahal, sejak 2019 hingga Desember 2022, Bea Cukai melalui kantor penertiban di Batam telah menindak 231 penyelundup pakaian bekas impor.
