Indonesia – Lucinta Luna baru-baru ini mengungkapkan pengalaman buruknya dilecehkan secara seksual saat masih sekolah. Gangguan ini dialami Lucinta Luna saat bersekolah di STM yang diperuntukkan bagi laki-laki.
Dalam kisahnya, saat menjadi bintang tamu di program KKN, Lucinta Luna mengaku sebagai sosok yang paling feminim. Ini menyebabkan dia dilecehkan oleh beberapa temannya.
“Pernah mengalami pelecehan saat belajar di STM?” tanya Nikita Mirzani selaku pembawa acara, dikutip dari video yang diunggah di kanal YouTube Nexera Entertainment, Rabu (9/5/2023).
“Waktu masuk STM ternyata saya lebih mandiri karena tidak punya anak perempuan, saya hanya perempuan, sendiri, mandiri seperti itu, dibully sana-sini. muda.” jawab Lucinta Luna.
Gangguan ini juga dialami oleh Lucinta Luna saat masih berusia 15 tahun. Lucinta Luna pun terang-terangan mengaku pernah dilecehkan dalam sebuah hubungan dari belakang dan depan.
Adapun pelecehan seksual yang dialami Lucinta Luna, bukanlah hal yang sepele. Hal ini karena pelecehan seksual dapat berdampak besar bagi kehidupan korban di kemudian hari. Psikolog Klinis & Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, M.Psi., menjelaskan bahwa kejadian ini dapat mengubah cara pandang korban terhadap banyak hal.
Ketika seorang korban mengalami pelecehan, ini dapat mengubah perspektif seksual mereka. Apalagi jika pelecehan itu terjadi saat mereka masih anak-anak. Pelecehan yang dialami dapat menyebabkan korban mengalami pelecehan seksual yang terbawa hingga dewasa. Penyimpangan ini biasanya berupa ketertarikan pada perilaku seksual yang dialami selama pelecehan.
“Dampaknya dapat mempengaruhi cara pandang, pandangan, sikap dan perilaku terhadap hal-hal yang berkaitan dengan dorongan, hasrat, ketertarikan, minat dan perilaku seksual yang terbawa hingga dewasa,” kata Veronica saat dihubungi Indonesia, beberapa waktu lalu.
Pelecehan seksual juga dapat menyebabkan korban mengalami masalah kepercayaan. Karena mereka dilecehkan, sulit bagi korban untuk mempercayai orang lain. Nyatanya, hal ini membuat korban sulit mempercayai suatu hubungan.
“Selain itu, juga dapat mempengaruhi area hubungan interpersonal atau hubungan dengan orang lain, dimana masalah kepercayaan, kepercayaan dalam hubungan yang aman dan nyaman tanpa dimanfaatkan bisa menjadi tantangan tersendiri,” jelas Veronica. .
Adanya gangguan tersebut, kata Veronica, akan menimbulkan emosi negatif. Korban menjadi tidak aman, serta emosi negatif lainnya.
“Tidak hanya itu, konsep diri yang terbentuk akibat kejadian tersebut juga dapat memiliki potensi negatif seperti rasa percaya diri, harga diri, mudah berprasangka buruk terhadap diri sendiri, serta tantangan menghadapi masalah yang tidak sehat. emosi negatif,” katanya.
Bahkan ada kemungkinan korban merasa emosi, jijik, selalu sedih karena penganiayaan yang dialaminya.
“Sebagai dampak yang bisa timbul dari kejadian ini, bisa jadi malu, marah, jijik, sedih dan sebagainya yang bisa dirasakan oleh anak-anak ini,” pungkas Veronica.