Indonesia – Walhi menilai kampanye penggunaan galon sekali pakai berukuran besar kontraproduktif dengan semangat pengurangan sampah plastik di tingkat global dan nasional. Menurut mereka, hal itu malah bertentangan dengan rencana pemerintah untuk mengurangi sampah plastik hingga 70 persen pada 2025.

“Kampanye masif yang mendorong penggunaan galon sekali pakai ini bertentangan dengan semangat mengurangi sampah plastik,” ujar Juru Kampanye Kota WALHI Abdul Ghofar dalam keterangannya baru-baru ini.

Walhi mengungkapkan, dalam satu hingga dua tahun terakhir, ada satu produk tertentu yang mengkampanyekan penggunaan galon sekali pakai secara intensif.

Ilustrasi tumpukan sampah plastik (shutterstock)
Ilustrasi tumpukan sampah plastik (shutterstock)

“Ada target untuk mengurangi penggunaan plastik sebanyak-banyaknya, sehingga penggunaan galon sekali pakai jangan disosialisasikan secara besar-besaran,” ujarnya.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan produksi sampah di Indonesia mencapai 68,5 juta metrik ton pada 2021. Dari jumlah itu, 11,6 juta ton atau sekitar 17 persen disumbangkan oleh sampah plastik.

Laporan data produksi sampah plastik nasional tahun 2021 juga menyebutkan jenis bahan plastik yang banyak dijumpai adalah Polyethylene Terephthalate (PET). Bahan tersebut adalah air minum dalam kemasan sekali pakai (AMDK).

Artinya, pencemaran limbah plastik air kemasan masih menjadi masalah yang belum terselesaikan di negeri ini. Lembaga riset AC Nielsen menemukan bahwa produk AMDK menyumbang 328.117 ton dari 11,6 juta ton sampah plastik sepanjang 2021.

Situasi ini diperparah dengan rendahnya tingkat pengumpulan dan daur ulang sampah plastik di Indonesia. Ghofar mengatakan, jumlah sampah plastik yang bisa dikumpulkan secara nasional belum mencapai 15 persen.

Sementara hanya 10 persen sampah plastik yang bisa didaur ulang. Sedangkan 50 persen sisanya tidak dikelola dan berakhir di TPA.

Melihat situasi tersebut, lanjut Ghofar, meningkatnya penggunaan galon sekali pakai justru akan menambah masalah baru. Lanjutnya, semakin banyak produsen memproduksi galon sekali pakai, semakin banyak pula sampah plastik yang menumpuk.

Data Asosiasi Produsen Air Minum Dalam Kemasan Nasional (Asparminas) menyebutkan penjualan galon sekali pakai akan meningkat menjadi delapan persen pada awal 2023. Jika produsen memproduksi 100 juta galon per hari, dengan peningkatan konsumsi sudah ada 8 juta galon sekali pakai. limbah harian.

Artinya, potensi pencemaran lingkungan akibat galon sekali pakai juga akan meningkat seiring dengan volume produksinya karena tidak bisa dibarengi dengan angka sampah kolektif. Selain itu, galon sekali pakai memiliki ukuran yang lebih kecil daripada galon isi ulang, sekitar 5 hingga 15 liter untuk ukuran terbesar.

“Tingkat daur ulang saja masih sulit diatasi, apalagi masalah galon sekali pakai. Ini akan menambah beban tarif daur ulang,” ujarnya.

You May Also Like

Warganet Ingin Desta dan Natasha Rizki Rujuk Usai Lihat Hal Ini, Masih Mungkin Secara Hukum?

Indonesia – Di tengah isu perceraian, Desta dan Natasha Rizki hadir di…

Sapi Kurban Lucinta Luna Dicibir Karena Tak Pakai Nama Asli, Seharusnya Gimana?

Indonesia – Menjelang Idul Fitri biasanya beberapa orang bersiap untuk berkorban termasuk…

9 Makanan Ini Lebih Sehat Dimakan Mentah, Ada Taoge hingga Tomat

Indonesia – Ada banyak sayuran dan makanan lain yang rasanya enak jika…

Nagita Slavina Siapkan Salam Tempel Pecahan 100 Dolar, Netizen Salfok: Jiwa Miskin Meronta!

Indonesia – Netizen dibuat resah dengan uang ringgit yang diberikan Nagita Slavina…