INDONESIA – Diadakan selama 24 jam non stop, Resepsi Perayaan Idul Fitri 100 Tahun NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur dihadiri lebih dari sejuta jemaah. Peziarah dari seluruh Indonesia membanjiri stadion dan jalanan, Selasa (7/2).
Di sekitar stadion, panitia memasang puluhan layar raksasa yang dikelilingi jemaah agar bisa ikut menyaksikan momentum NU memasuki abad ke-2.
“Awalnya saya ingin keliling stadion tapi tidak bisa karena padatnya jemaah yang mengendap-endap sepanjang jalan lebih dari satu kilometer,” kata Muliarto, salah satu jemaah yang melihat layar lebar di selatan stadion. stadion.
Jamaah haji sejak Senin malam telah memenuhi jalan-jalan dan mengikuti kegiatan ibadah malam seperti sholat, dzikir, sholat malam dan ijazah. Meski mendung dan hujan, mereka tidak beraktivitas sepanjang malam mengikuti ibadah yang dipimpin ulama dalam dan luar negeri.
Di pagi hari jamaah semakin banyak dan datang dari berbagai arah. Apalagi saat akad salat bersama Habib Syech yang dimulai dari subuh hingga jam 7 pagi. Syekh mania (penggemar Habib Syech) berbondong-bondong menambah kepadatan jemaah.
“Di pintu keluar tol juga terjadi kemacetan. Sehingga banyak peziarah yang berjalan menuju lokasi,” kata Dodi, salah satu petugas keamanan yang bertugas di jalan depan Hotel Luminor Sidoarjo.
Meski nyaris tidak tidur dan berbaring di tikar sementara, jemaah tetap bersemangat mengikuti acara seremonial yang dihadiri Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin itu.
Hanya jemaah tertentu saja yang bisa memasuki stadion berkapasitas sekitar 35.000 orang itu. Mereka terdiri dari tamu undangan, pengurus NU, dan 15.000 bander yang membawakan koreografi tari.
Jutaan jemaah diharapkan memenuhi jalan di Sidoarjo untuk menyaksikan Siaran Langsung NU Abad Pertama, jemaah yang menghadiri Resepsi NU Abad 1 memadati Jalan Pahlawan, Sidoarjo. Mereka duduk berjajar menggunakan tikar plastik.
Para peziarah duduk di sepanjang Jalan Pahlawan dua arah mulai dari pertigaan Babalayar. Mereka memenuhi jalan hingga ke lokasi digelarnya Harlah NU Abad 1 di Sidoarjo.
“Kami dan rombongan dari Kediri cukup sulit untuk sampai ke lokasi seabad sebelum NU. Kemudian kami putuskan untuk nonton live streaming di perempatan Babalayar,” ujar Muhammad Gufron (37), salah satu jamaah.
Ketua Umum Badan Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf sebelum kegiatan tersebut telah menerima data dari laporan jemaah yang kemungkinan menyentuh 2 juta jemaah.
Sementara itu, isu penting dalam acara ini adalah rekomendasi International Conference on Fiqh Tamadun yang saya bacakan oleh Gus Mus dan Ning Yenny Wahid yaitu:
Penunjukan Nahdlatul Ulama Satu Abad
Nahdlatul Ulama berpandangan bahwa pandangan lama berakar pada tradisi fikih klasik. Dengan kata lain, aspirasi untuk mempersatukan umat Islam di bawah naungan satu negara di seluruh dunia atau Khilafah harus diganti dengan visi baru untuk kesejahteraan umat.
Cita-cita menegakkan kembali negara Khilafah yang dianggap mampu mempersatukan umat Islam di seluruh dunia, namun dalam kontak langsung dengan non-Muslim bukanlah sesuatu yang harus dikejar dan dijadikan cita-cita.
Seperti yang dibuktikan baru-baru ini melalui upaya mendirikan negara ISIS. Upaya seperti ini pasti akan berujung chaos dan bertentangan dengan tujuan utama agama atau maqashidu syariah yang tercermin dalam lima prinsip; melindungi kehidupan, melindungi agama, melindungi akal, melindungi keluarga, dan melindungi harta benda.
Kenyataannya, upaya menegakkan kembali negara Khilafah, jelas berbenturan dengan tujuan utama agama. Sebab, upaya tersebut akan menimbulkan instabilitas dan merusak tatanan sosial politik.
Selain itu, meskipun pada akhirnya berhasil, upaya ini juga akan menyebabkan runtuhnya sistem negara-bangsa dan menimbulkan konflik kekerasan yang akan mempengaruhi sebagian besar wilayah di dunia. Sejarah menunjukkan bahwa kekacauan akibat perang akan selalu dibarengi dengan perusakan rumah-rumah ibadat yang meluas, hilangnya nyawa manusia, rusaknya moralitas, keluarga dan harta benda.
Dalam pandangan Nahdlatul Ulama, cara yang paling tepat dan efektif untuk mewujudkan kemaslahatan dunia muslim (al-ummah al-islamiyyah) adalah dengan memperkokoh kemaslahatan dan kemaslahatan seluruh umat manusia, baik muslim maupun non muslim dan mengakui keberadaannya. persaudaraan. dari seluruh manusia keturunan Adam (ukhuwah basyariyyah).
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan piagamnya belum sempurna dan harus diakui masih menghadapi masalah hingga saat ini. Namun, piagam PBB sejak awal dimaksudkan sebagai sarana untuk mengakhiri perang yang sangat merusak dan praktik biadab yang menjadi ciri hubungan internasional sepanjang sejarah umat manusia. Oleh karena itu, Piagam PBB dan PBB sendiri dapat menjadi landasan yang paling kokoh dan tersedia bagi pengembangan yurisprudensi baru untuk menegakkan masa depan peradaban manusia yang damai dan harmonis.
Alih-alih bercita-cita dan berusaha menyatukan seluruh umat Islam di satu negara dunia, yakni khilafah, Nahdlatul Ulama memilih jalan lain, mengajak umat Islam mengadopsi visi baru.
Mengembangkan wacana fikih baru, yaitu fikih yang mampu mencegah eksploitasi identitas, mencegah penyebaran kebencian antar kelompok, mendukung solidaritas, dan menghargai perbedaan antar manusia, budaya, dan bangsa di dunia.
Sekaligus mendukung lahirnya tatanan dunia yang benar-benar adil dan harmonis, tatanan yang berlandaskan penghormatan terhadap persamaan hak dan martabat setiap manusia. Visi ini sebenarnya akan mampu mewujudkan tujuan utama syariah.